Mawar Terakhir
Sengaja ku berjalan kaki sepulang dari kantor hari ini. Jalanan terlalu sempit untuk dilewati mobil Rangerku yang gagah. Ku perhatikan kios bunga itu. Aku tahu, sesuatu mencuri perhatianku. Bucket mawar merah merekah terlihat amat segar di sana. Menarik langkahku mendekatinya.Teringat wajah manis dalam senyuman itu. Entah mengapa, sudah sebulan ini ingatanku tak bisa lepas dari wajah mungil nan manis itu. Bunga Mawar Merah ini akan terlihat lengkap bila berada di tangannya. Kukeluarkan lembaran rupiahku begitu saja, mawar untuk yang termanis.
Terbesit sedikit ide untuk mengejutkannya malam ini. Kusimpan satu mawar untuk penutupnya.
Kupercepat langkahku agar cepat sampai di apartemen pujaan hatiku itu. Tempatnya tak begitu jauh dari kios ini. Gadis manis yang mandiri, penuh pesona dan menggetarkan hati siapa pun yang melihatnya. Mata yang indah dan bentuk tubuh sempurna memang sudah ditakdirkan menjadi miliknya.
Kusadar, jantungku berdetak semakin kencang saat kumelihat pintu rumah itu. Saat kumencoba mengetuk pintu itu, tak sengaja pintunya terbuka. Kulihat dia sedang bercumbu mesra dengan seorang lelaki, lelaki yang sering kulihat hampir tiap hari. Tetanggaku, lelaki dengan empat anak dan seorang istri yang mendekati usia senja.
Tak sadar, kutinju daun pintu yang sudah lemah itu. Dan kulempar sembarang bucket bunga mawar yang benar-benar merekah itu. Entah apa yang dirasakan sepasang anak manusia saat meraka memandangku, yang kutahu saat ini, aku ingin pulang.
Memberikan setangkai mawar terakhir yang kusimpan untuk gadis kecil yang biasa mengamen di depan gang rumahku.
Cerita enje
mawar terakhir
No comments:
Post a Comment